Para peneliti dari Universitas Copenhagen Denmark, yang dipimpin oleh dr. Jensen sebagaimana publikasi pada jurnal Human Reproduction edisi Maret 2011 menyampaikan bahwa vitamin D mempunyai peranan dalam fungsi reproduksi pria dengan meningkatkan motilitas sperma.
Studi bermetode cross-sectional ini dilakukan untuk menilai kualitas cairan semen dan kadar Vitamin D serum pada 300 pria, dibarengi studi in vitro yang sampelnya diambil dari 40 pria guna melihat efek vitamin D terhadap kalsium intraselular, motilitas sperma, dan reaksi akrosom. Sampel seluruh pria berasal dari analisis cairan semen rutin dan dari darah untuk pengukuran FSH (follicle stimulating hormone), inhibin B, 25-hidroksi vitamin D, albumin, alkali fosfatase, kalsium, dan hormon paratiroid (PTH).
Hasil studi menunjukkan 44% subjek mengalami insufiensi Vitamin D (<50 nM), dan kadar vitamin D berbanding terbalik dengan kadar PTH (p <0,0005). Kadar vitamin D dalam serum berkorelasi positif dengan motilitas sperma dan motilitas progresif (p <0,05), dan pada pria dengan defisiensi vitamin D (kurang dari 25 nM) mempunyai proporsi motilitas lebih rendah (p = 0,027), motilitas progresif (p = 0,035) dan morfologi spermatozoa normal (p = 0,044) apabila dibandingkan dengan pria yang memiliki kadar vitamin D tinggi (lebih dari 75 nM).
1,25(OH)2D3 meningkatkan kadar kalsium intraselular pada spermatozoa manusia melalui reseptor vitamin D yang memediasi pelepasan kalsium dari penyimpanan kalsium intraselular, meningkatkan motilitas sperma, dan menginduksi reaksi akrosom in vitro.
Simpulannya, 1,25(OH)2D3 meningkatkan kadar kalsium intraselular, motilitas sperma, dan menginduksi reaksi akrosom pada spermatozoa matang, dan kadar vitamin D serum berkorelasi positif dengan motilitas sperma, sehingga vitamin D mempunyai peranan dalam fungsi sperma pada reproduksi manusia. (erw)
Sumber : CDK
|